Teks Biografi: Pengertian, Struktur, dan Cirinya |
Bahasa Indonesia Kelas 10
Artikel ini menjelaskan mengenai teks biografi
meliputi pengertian, struktur, ciri-ciri, kaidah kebahasaan, hingga contoh
soalnya.
--
Pernahkah
kamu menemukan suatu teks bacaan yang isinya menceritakan kisah hidup seorang
tokoh ternama? Seperti kisah hidup R.A. Kartini, Ir. Soekarno, atau tokoh-tokoh
terkenal lainnya. Nah, teks seperti itu biasa disebut sebagai teks biografi.
Teks
biografi adalah teks yang berisikan kisah suatu tokoh dalam mengarungi
kehidupannya. Teks ini ditulis oleh seseorang agar tokoh tersebut dapat
diteladani banyak orang. Penulisan kisah hidup tokoh mencakup permasalahan
yang pernah dihadapi maupun kelebihan-kelebihan tokoh yang dapat
menginspirasi.
Serupa
dengan biografi, terdapat pula teks autobiografi. Autobiografi berisikan kisah
hidup seorang tokoh. Namun, perbedaannya terletak pada penulisnya. Biografi
ditulis oleh orang lain, sedangkan autobiografi ditulis sendiri oleh tokoh yang
bersangkutan. Jadi, jangan sampai tertukar, ya!
Struktur Teks Biografi
Struktur
teks biografi terdiri atas tiga bagian, yaitu orientasi, peristiwa penting, dan
reorientasi.
Orientasi
Orientasi
merupakan bagian awal dari teks biografi. Bagian ini mencakup pengenalan tokoh
dan latar belakang kisah atau peristiwa yang akan diceritakan pada bagian
selanjutnya.
Baca
juga: Ki Hadjar
Dewantara: Sang Bapak Pendidikan Nasional
Orientasi
berfungsi untuk memudahkan pembaca dalam memahami informasi dasar mengenai
peristiwa yang diceritakan. Bagian ini juga merupakan pengantar sebelum masuk
ke pembahasan yang lebih rinci.
Peristiwa Penting
Selanjutnya,
peristiwa penting. Pada bagian ini, diceritakan tentang rangkaian peristiwa,
yaitu kejadian-kejadian utama yang dialami tokoh. Bagian ini disusun secara
kronologis sesuai urutan waktu. Terkadang, penulis juga menyertakan beberapa
komentar pada bagian-bagian tertentu dalam kronologi peristiwa.
Bagian
ini juga merupakan inti dari teks biografi karena pada bagian inilah pembaca
dapat mengambil hikmah dan teladan dari kisah hidup sang tokoh.
Reorientasi
Terakhir
yaitu reorientasi. Bagian ini berisi komentar atau pernyataan simpulan mengenai
rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya. Reorientasi berperan
sebagai penutup pada teks biografi dan bersifat opsional.
Bagian
ini memudahkan pembaca dalam memahami peristiwa yang telah diceritakan dan
memahami alasan tokoh tersebut patut dijadikan teladan bagi banyak orang.
Ciri-Ciri Teks Biografi
Teks
biografi memiliki ciri-ciri tertentu. Kamu bisa melihat ciri-ciri teks biografi
pada infografik berikut.
Berdasarkan
ciri-ciri tersebut, kamu jadi bisa mengidentifikasi nih, teks yang sedang kamu
baca tergolong teks biografi atau bukan.
Teks
biografi ditulis dengan tetap memperhatikan kaidah kebahasaan. Kamu bisa lihat
kaidah kebahasaan teks biografi pada infografik berikut.
Hmm..
kalau dilihat dari kaidah kebahasaannya, sepertinya tidak jauh berbeda dari
teks cerpen, ya?
Memang
betul! Teks biografi dan cerpen (cerita pendek) sama-sama merupakan contoh teks
cerita ulang.
Ada
tiga jenis teks cerita ulang yaitu cerita ulang personal, cerita ulang fakta,
dan cerita ulang imajinasi. Cerita ulang personal, contohnya buku harian dan
surat pribadi. Cerita ulang fakta, contohnya catatan sejarah, biografi,
autobiografi, dan berita di media massa. Sedangkan cerita ulang imajinasi,
contohnya dongeng, novel, dan cerpen.
Eits,
tapi ingat! Meskipun kaidah kebahasaannya mirip-mirip, tapi biografi berbeda,
ya, dengan cerpen. Biografi berisikan fakta yang didasarkan pada pengalaman
hidup tokoh yang diceritakan. Sedangkan cerpen berisikan cerita fiksi yang
didasarkan pada imajinasi pengarang.
Biografi RA Kartini singkat dimulai
dari kelahiran beliau. RA Kartini lahir tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa
Tengah. RA Kartini lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan Jawa. Hal tersebut
menjadi alasan mengapa beliau mendapat gelar RA yang merupakan singkatan dari
Raden Ajeng. Namun setelah menikah, sesuai dengan tuntunan adat Jawa
kepanjangan dari gelar RA tersebut berubah menjadi Raden Ayu.
Hari kelahiran RA Kartini saat ini
diperingati sebagai hari nasional, yaitu hari Kartini. Diperingatinya tanggal
21 April sebagai hari Kartini tidak lain untuk mengenang dan menghormati jasa
beliau yang telah ikut berjuang bagi rakyat Indonesia, terutama kaum wanita,
agar bisa lebih maju dan bersaing dengan bangsa lainnya.
RA Kartini merupakan putri pertama
dari istri pertama Raden Adipati Ario Sosroningrat. Ayah dari RA Kartini
merupakan putra Pangeran Arion Tjondronegoro IV. Meskipun ibu dari RA Kartini
merupakan istri pertama, namun ibu dari RA Kartini bukan istri yang utama.
Ibu dari RA Kartini bernama MA
Ngasirah. Beliau adalah seorang Kiyai di Telukawur, Surabaya. MA Ngasirah
sendiri bukan merupakan putri keturunan bangsawan. Padahal, di masa kolonial
Belanda terdapat peraturan jika seorang Bupati harus menikah dengan sesama
keturunan bangsawan.
Itulah penyebab ayah RA Kartini
menikahi Raden Adjeng Woerjan yang merupakan keturunan bangsawan dari Raja
Madura. Setelah pernikahan tersebut, ayah RA Kartini kemudian diangkat menjadi
bupati Jepara tepat setelah RA Kartini dilahirkan.
Kakek dari RA Kartini adalah bupati
pertama yang sudah memberikan pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Sedangkan
RA Kartini merupakan merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara, baik kandung
maupun tiri. RA Kartini sendiri merupakan putri tertua di antara saudara
sekandungnya.
Kemudian RA Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School) hingga usia 12 tahun. Di masa sekolah inilah beliau belajar Bahasa Belanda. Singkatnya masa sekolah tersebut disebabkan pada umur 15 tahun RA Kartini harus tinggal di rumah karena sudah dipingit.
RA Kartini sangat pandai bahasa
Belanda. Dirinya mulai belajar menulis surat pada teman-teman dari Belanda,
salah satunya adalah Rosa Abendanon, yang sangat mendukung RA Kartini. Dimulai
belajar surat-menyurat inilah RA Kartini tertarik dengan pola pikir perempuan
Eropa. Beliau mempelajari mengenai hal tersebut melalui surat kabar, majalah
hingga buku-buku. Lalu beliau mulai memiliki keinginan untuk memajukan
perempuan Indonesia yang status sosialnya masih rendah kala itu.
RA Kartini mulai memperhatikan masalah emansipasi wanita dengan membandingkan para wanita Eropa dengan wanita Indonesia. Baginya seorang wanita harus mendapatkan persamaan, kebebasan, dan otonomi serta kesetaraan hukum. Hal tersebut yang kedepannya diperjuangkan oleh RA Kartini.
12 November 1903 tepatnya ketika RA
Kartini berusia 24 tahun, beliau diminta menikah dengan Bupati Rembang saat
itu, yaitu K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Suami RA Kartini
tersebut telah memiliki tiga orang istri.
Suami dari RA Kartini sangat memberi
pengertian tentang keinginan RA Kartini. Bahkan beliau membebaskan dan
mendukung RA Kartini untuk mendirikan sekolah wanita di timur pintu gerbang
perkantoran Rembang, yang saat ini telah menjadi gedung pramuka.
Dari pernikahannya dengan K.R.M
Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, RA Kartini dikaruniai seorang putra
bernama RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904.
Sangat disayangkan, empat hari setelah RA Kartini melahirkan, tepatnya pada
usia 25 tahun, RA Kartini meninggal dunia dan beliau dimakamkan di Desa Bulu,
Rembang.
Sedangkan Soesalit Djojoadhiningrat
sendiri sempat menjabat sebagai Mayor Jenderal pada masa kependudukan Jepang.
Di mana dirinya kemudian memiliki anak bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit yang
merupakan cucu RA Kartini. Lalu RM Boedi Setiyo Soesalit menikah dengan wanita
bernama Ray Sri Biatini Boedi Setio Soesalit.
Kemudian, dari hasil pernikahannya
beliau dikaruniai lima orang anak bernama yang merupakan cicit RA Kartini.
Masing-masingnya bernama RA Kartini Setiawati Soesalit, RM Kartono Boediman
Soesalit, RA Roekmini Soesalit, RM Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM Rahmat
Harjanto Soesalit.
0 Comments